twitter
rss



Satu jam yang sangat berarti dalam hidupku ini seharusnya harus ku manfaatkan untuk menyelesaikan tugas akhirku. Tapi pikiranku tidak mau fokus, malah memikirkan pengalaman pendakian ku bulan kemarin yang belum sempat aku abadikan dalam sebuah tulisan. Untuk mengobati kegalauanku itu,  sekarang waktunya..
Tanggal 19 Oktober 2014, ku mulai perjalananku menuju basecamp Merapi di jalur Boyolali. Setelah semalam temanku, Danu, leader dari pendakian Merbabuku ditahun sebelumnya, mengajakku untuk naik ke Merapi. Aku pikir malam minggu ini daripada hanya ku habiskan untuk bermalas-malasan di kos, mending aku mengeksplore keagungan Tuhan lewat erjalanan ini. Akhirnya, siang tanggal 1 Suro kami berangkat berlima, Aku, Danu, Putri, Rosifah, dan Ucup. Aku baru ingat kalau aku juga punya satu misi ketika dipuncak nanti.
Jam setengah 6 kami sudah mulai mendaki lewat Jalur Sellow. Seperti biasa ada banyak pendaki yang baru turun dan akan naik sama seperti denganku. Sebenarnya aku tidak begitu bersemangat kali ini, tapi aku hanya ingin mengisi waktu luangku dengan pengalaman baru. 1 jam pertama jalan masih berupa ‘trasahan’ yang sangat menanjak. Oke, aku masih bisa melewatinya. Ini belum ada apa-apanya. Jalan selanjutnya adalah jalanan berdebu tebal yang luar biasa sepertinya jika malam itu harus turun hujan karena pasti akan sangat licin, tapi Allah masih sayang aku. Setengah perjalanan selanjutnya jalanan berupa pasir dan batu/rock yang juga licin dan harus berhati-hati jika harus menapakkan kaki. Banyak medan dimana aku harus memanjat tebing yang kanan kirinya adalah jurang. Beruntunglah karena pendakian malam hari, sehingga aku tak melihat betapa ngerinya jika terlihat disiang hari. Itu juga mungkin salah satu kelebihan perjalanan pendakian malam hari.

Hari sudah semakin larut dan udara sudah semakin menggigit tulang-tulang, dingiiiiiiiin.. akhirnya jam 12 malam kami tiba di Pasar Bubrah, saat tiba disana ternyata sudah sangat ramai oleh tenda-tenda para pendaki, dan disana juga kami mendirikan “domp” dibalik batu besar untuk berisitirahat. Udara malam itu benar-benar dingin, hingga kakiku kram. Tapi kalau aku boleh membandingkan dengan di Merbabu, aku rasa lebih parah saat aku diMerbabu, karena waktu itu disana sedang badai. Aku paksa mataku untuk terpejam, meski tidak nyenyak tapi paling tidak aku bisa mengistirahatkan badanku.


Ketika matahari mulai menyingsing, subuh telah menyapa, aku dibangunkan untuk mulai melanjutkan perjalanan. Jujur aku begitu malas bangun, rasanya aku ingin tidur saja, tapi aku paksa diriku sendiri untuk bangun dan keluar. And do you know? Apa yang aku lihat sungguh amazing, luar biasaaaa... ketika ku buka tirai, aku disamput puncak gunung Merapi yang begitu megah, gagah, dan perkasa, indah, cerah. Dan aku sedikit terkaget dengan yang namanya pasar bubrah, ternyata adalah padang bebatuan yang sangat luas. Sejauh mata memandang, batu-batu besar terhampar, kerikil dan bebatuan menutui gunung ini. Dan aku harus naik ke bukit itu???? Tidaaakkk.. permukaan bukit yang menanjaknya 80 derajat itu??? Aku harus berjalan ke atas?? Aku terus meyakinkan diriku kalau aku bisa, meski aku harus merangkak dan merangkak, dan akhirnya melorot lagi, aku tetap mencobanya.

Yah, manusia hanya berkewajiban untuk berusaha, hasilnya tetap tergantung Allah. “Alibi” :D .. aku akhirnya menyerah dipertengahan jalan menuju puncak itu.aku turun dan akhirnya hanya menikmati pemandangan dengan duduk dibatu besar di pasar bubrah itu. Aku melihat awan-awan beterbangan. Sepertinya begitu lembut. Aku ingin sekali meyentuhnya. Tapi tetap, ia terlalu tinggi untuk ku gapai, seperti kamu yang tak pernah bisa aku raih. Alaaaah. :D Oh yaaa, ini misiku, mengucapkan Happy Birthday ke salah satu sahabatku..

Jam 10 kami mulai bersiap-siap turun. Dan alam membayar perjalananku dengan keindahannya yang begitu menggoda. Puncak Merbabu menyapaku tepat didepan puncak aku berdiri sekarang. Aku katakan pada diriku, bahwa aku pernah menakhlukkan puncakmu. 

Perjalanan turun dari Merapi memang sangat lah ekstream. Seperti turun dari eskalator yang bahkan kita tidak bisa melihat seperti apa keadaan yang ada dibawah, karena terlalu curam. Beberapa kali aku terpeleset bebatuan, meskipun sendal gunungku sudah sangat baru dan geriginya masih lengkap. Yah, tidak tanggung-tanggung aku harus melorot-melorot dan melorot, meluncur meluncur dan meluncur seperti bermain  prosotan. Aku sudah tidak peduli pendangan orang, yang aku tahu aku hanya tidak ingin mengambil resiko. Hehe.. meskipun aku harus merelakan celanaku yang sudah sangat setia menemani setiap pendakianku, yah, akhirnya dia bolong. Tas ku? Sudah tak berwujud. Semuanya debu. Entah berapa kali orang bertanya padaku, “habis jatuh ya mbak?”. Aku jawab, “ Nggak mas, cuma sengaja offroad, hiihii.” Malu yakiiiin..

Tapi ini lah cerita perjalananku di Gunung Merapi. Meskipun kali ini aku masih belumbersama orang spesial, tapi aku berharap, yakiiin ngarep banget, semoga diperjalanan pendakianku selanjutnya, aku bisa melewatinya bersama suami tercinta. Amiiiin... :)


Puncak dari rangkaian agenda selama 3 bulan bersama dalam sebuah keluarga baru PPL-KKN MANDEBA JAYA adalah mendaki bersama ke puncak gunung Andong, Magelang, Jawa Tengah. Setelah perdebatan yang panjang dengan ketua kelompok, karena malam sebelum hari H malah membatalkan agenda ini, akhirnya siang (tanggal 19 September 2014) sebelum keberangkatan “yang sedikit memaksa” semuanya bersedia ikut. Meskipun keberangkatan yang dijadwalkan jam 2 mundur sampai jam 5 karena berbagai hal, kami semua berangkat tanpa tahu jalan, hanya berbekal alamat yang kami dapat di blog.
Ini adalah pendakian kedua ku setelah gunung Merbabu. Lokasi pendakian gunung Andong berjarak 4km lebih keatas dari jalur pendakian Merbabu “wekas”. Sebelum masuk desa (basecamp) kami memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu. Setelah itu kami tiba di basecamp pada pukul 08.45. Setelah sholat maghrib+isya’ yang di jamak, kami pun siap memulai pendakian dengan mendaftar terlebih dahulu kepada petugas.
Pukul 09.30 kami mulai pendakian. Selangkah demi selangkah kami melewati areal persawahan yang ditanami tembakau, tomat, cabai, dll. Bahkan jenis bunga eidelwiss pun ditanam diareal persawahan itu. Jalan mulai menanjak dengan melewati kawasan hutan pinus yang lebat dan menjulang. Jalan yang kami lalui tidak se-ekstream dengan jalan pendakian gunung Merbabu yang pernah aku lewati. Jalan itu sudah ditata dengan cukup rapi, bertangga-tangga dan berundak-undak. Meskipun dikanan dan kiri lebih banyak jurangnya, rasa hari-hati tetap jadi yang utama.
Setelah dua jam perjalanan, pukul 11.30 akhirnya kami tiba dipuncak gunung Andong. Ternyata diatas sudah banyak berdiri tenda-tenda para pendaki yang berjajar warna-warni nan cantik. Kami pun bergegas mendirikan tenda untuk beristirahat.
Pada tanggal 20 September 2014 jam 4.30 kami bangun, setelah sholat subuh kami pun mulai menikmati indahnya lukisan Tuhan. Sunrise yang begitu cantik. Matahari mulai muncul malu-malu berwarna pink, jingga, biru. Benar-benar gradasi warna yang sempurna. Saya sangat bersyukur bisa menikmati pemandangan secantik ini bersama sahabat-sahabat tercinta. Tak lupa kami mengabadikan moment-moment tak biasa ini dengan penuh semangat dan canda tawa.
Pukul 6 pagi kami mulai packing bersih-bersih tenda. Jam 7 kami mulai “ritual” terakhir dari kebersamaan keluarga MPKI MANDEBA ini. Sesi curhat-curhatan, tentang kesan dan pesan selama 3 bulan bersama mengarungi “rumah tangga”. Moment dimana aku tak bisa membendung air mataku karena begitu terharu adalah ketika aku menyampaikan kesan dan permintaan maafku kepada teman-teman tercinta. Dari hati yang paling dalam, mereka begitu berkesan. Tak lupa kuucapkan rasa terima kasihku kepada mereka yang telah bersedia menjadi bagian dari hidupku. Aku tidak akan pernah melupakan kalian semua.
Ario, sang kepala suku yang bijak dengan gaya kalemnya. Mas Wildi yang sok cuek, kadang nyebelin, tapii seruuu. Mas Udin yang imut dan lucu, maaf yaa sering jailin kamu, hahaa :D . Bang Manan yang sering aku ejek, peaceee.. Uus, sahabatku sejak semester 1, meski kadang menyebalkan, tapi kamu juga menentramkan. Si Mbok “Elly” yang crewet kayak embok-embok, thanks atas perhatiannya selama ini, jadi kangen masakan “lethok mu”. Anis yang crewetnya minta ampun, sepi nih ga ketemu kamu lagi. Ulpa yang sok misterius, you are great in your silence. Ita yang doyan “mahabarata, lagu dangdut dan india”, jangan tidur teruuuss. Mbak nurul sang bendahara, you are nice.
---------------------

Udah malam, tugas esok pagi mesti di kumpulin (kembali ke rutinitas awal yang menyenangkan, “kuliah”) .. I hope we can be together again sometime. Byeee.. kritik kritiik sepiiii.. J >tikakuraa<
Jogjakarta, 21 Sept 2014, 10.00 pm

# Apa itu pendidikan Anti-Realitas..??

Pendidikan Anti-Realitas adalah pendidikan yang orientasinya bukan secara langsung untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Artinya, pendidikan saat ini masih hanya berkutat pada teori-teori saja yang diberikan dan yang ditanamkan dalam proses belajar mengajarnya. Seharusnya, pendidikan itu bertujuan bagaimana menjawab kebutuhan masyarakat yang lebih berupa pemberdayaan skill dan keahlian yang bisa langsung menyatu dan menjawab problematika masyarakat tersebut. Sebagai contoh, Indonesia adalah negara agraris, sektor pertanian dan kelautan sangat besar, bagaimana cara memberdayakannya? Tentu saja dengan menghasilkan petani dan nelayan yang kompeten. Dengan cara apa? dengan cara menanamkan ilmu pengetahuan yang relevan dengan itu semua. Tapi kenyataan saat ini, sarjana pertanian pun tidak dicetak sebagai petani yang "handa", mereka lebih suka keluar dari jalurnya, misal sebagai pegawai perusahaan. Saya rasa ini salah satu problematika yang harus dipecahkan saat ini. Karena masih banyak lagi problem pendidikan yang lebih kompleks lagi.

# Kenapa hal ini terjadi di Indonesia..??

Saya memetakan ada tiga faktor yang mempengaruhi kenapa pendidikan anti-realitas ini terjadi di Indonesia:


1. Adanya perubahan sosial-masyarakat yang terus menerus.
Masyarakat yang terus menerus berubah secara cepat, memunculkan kebutuhan-kebutuhan yang semakin kompleks. Hal ini juga mempengaruhi kenapa pendidikan ini semakin jauh dalam menjawab kebutuhan masyarakat.


2. Adanya sistem pendidikan yang terus berubah.
Kita lihat bagaimana salah satu instrumen dalam pendidikan, yaitu kurikulum, yang terus diubah-ubah. Kurikulum tersebut sampai pada keberhasilan penyelenggaraannya tetapi sudah diganti-diganti dan diganti. Harusnya lakukanlah penyempurnaan-penyempurnaan dalam penyusunannya serta dalam pelaksanaannya, sehingga lebih efektif.


3. Adanya politik pendidikan yang “kurang sehat”.
Pendidikan tidak bisa lepas dari campur tangan politik pemerintahan. Pendidikan selalu dikelola oleh pemerintah yang tidak pernah lepas dari kepentingan-kepentingan. Sebetulnya negara ini punya banyak dana dalam pendidikan, dana APBN sebesar 20% digelontorkan, tetapi pada kenyataanya pendidikan di Indonesia ini masih mahal. Dari kepentingan-kepentingan pribadi ataupun kelompok ini lah yang mengakibatkan “tidak sehatnya” pendidikan di Indonesia ini.

# Bagaimana mengatasi problematika ini..??


Cara mengatasi problematika pendidikan anti-realitas ini adalah dengan cara memberikan porsi yang lebih dalam pendidikan yang mengajarkan dan menanamkan skill, keahlian, serta pengalaman-pengalaman yang memang dibutuhkan dalam masyarakat. Antara pendidikan yang menanamkan teori dan skill harus lebih diperhitungkan lagi.

Bahasa inggris merupakan hal terpenting dalam aspek kehidupan akademik. Berangkat dari kegelisahan saya yang harus lulus toefl dengan skor yang telah ditentukan (untuk menjadi syarat wisuda) , padahal skripsi telah selesai. Hal ini akan menghambat jika tidak dipersiapkan sejak dini. Presiapannya salah satunya dengan melakukan latihan-latihan soal toefl. Latihan tersebut ada juga ada yang dapat kita lakukan secara mandiri dan online. dan tentunya GRATIS plus pembahasan. Berikut ini daftar situs yang menyediakan latihan toefl online secara gratiss.. Let's try..!!!! ^_^

http://www.examenglish.com/TOEFL/toefl_structure_1.htm
http://www.graduateshotline.com/sampletoefl.html
http://www.4test.com/exam
http://www.ecomium.com/
http://www.englishstudydirect.com/
http://www.english-test.net/toefl
http://www.eslinusa.com/
http://www.examenglish.com/
http://www.gettoefl.comlearn4good.com/
http://www.onlearn.biz/
http://www.testmagic.com/
http://www.testwise.com/
http://www.ets.org/toefl[/url]

BAB Il
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Allah SWT sebagai pencipta telah menciptakan langit dan bumi, dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya. Salah satu ciptaan Allah itu adalah manusia, yang diberi keistimewaan berupa kemampuan berpikir yang melebihi jenis makhluk lain yang sama-sama menjadi penghuni bumi. Kemampuan berpikir itulah yang diperintahkan Allah agar dipergunakan untuk mendalami wujud atau hakikat dirinya dan tidak semata-mata dipegunakan untuk memikirkan segala sesuatu di luar dirinya.
Demikianlah kenyataannya bahwa manusia tidak pernah berhenti berpikir, kecuali dalam keadaan tidur atau sedang berada dalam situasi diluar kesadaran. Manusia berpikir tentang segala sesuatu yang tampak atau dapat ditangkap oleh pancaindera bahkan yang abstrak sekalipun. Dari sejarah kehidupan manusia ternyata tidak sedikit usaha manusia dalam memikirkan wujud atau hakikat dirinya, meskipun sebenarnya masih lebih banyak yang tidak menaruh perhatian untuk memikirkannya. Dalam firman Allah surat Ar-Rum ayat 30 mengandung perintah agar manusia dalam mempergunakan pikirannya selalu dilandaskan pada iman yang terarah lurus pada agama Allah SWT. Demikian pula dalam berpikir fundamental tentang hakekat atau wujud dirinya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa arti hakekat manusia?
2.      Apa hakekat manusia menurut pandangan umum?
3.      Apa hakekat manusia meurut Islam?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Arti Hakekat Manusia
      Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya, karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
      Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
      Jadi hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.[1]

B.                 Hakekat Manusia Menurut Pandangan Umum
      Pembicaraan manusia dapat ditinjau dalam berbagai perspektif, misalnya perspektif filasafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan spiritualitas Islam atau tasawuf, anatar lain :
a.      Dalam perspektif filsafat.
      Disimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dengan nalar intelektual itulah manusia dapat berpikir, menganalisis, memperkirakan, meyimpulkan, membandingkan, dan sebagainya. Nalar intelektual ini pula yang membuat manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antara yang salah dan yang benar.
1.      Hakekat Manusia
            Pada saat-saat tertentu dalam perjalanan hidupnya, manusia mempertanyakan tentang asal-usul alam semesta dan asal-usul keber-ada-an dirinya sendiri. Terdapat dua aliran  pokok  filsafat   yang  memberikan  jawaban  atas pertanyaan  tersebut,  yaitu Evolusionisme dan  Kreasionisme  (J.D.  Butler, 1968). Menurut Evolusionisme,  manusia adalah  hasil  puncak  dari  mata   rantai  evolusi  yang  terjadi  di  alam  semesta.  Manusia  sebagaimana  halnya alam  semesta ada  dengan sendirinya berkembang dari alam  itu sendiri, tanpa Pencipta. Penganut aliran ini antara lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan  Konosuke  Matsushita. Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwa asal usul manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah ciptaan suatu Creative Cause atau Personality, yaitu Tuhan YME. Penganut aliran ini antara lain Thomas Aquinas dan Al-Ghazali. Memang  kita  dapat  menerima  gagasan  tentang  adanya  proses  evolusi  di  alam semesta termasuk pada  diri  manusia,  tetapi  tentunya kita   menolak pandangan  yang menyatakan adanya manusia di alam semesta semata-mata sebagai hasil evolusi dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta.
2.      Wujud dan Potensi Manusia.
            Wujud  Manusia. menurut  penganut  aliran  Materialisme yaitu  Julien  de  La Mettrie bahwa  esensi  manusia  semata-mata  bersifat  badani,  esensi  manusia  adalah tubuh atau fisiknya.  Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah dipandangnya  hanya  sebagai  resonansi  dari  berfungsinya  badan  atau  organ  tubuh. Tubuhlah yang mempengaruhi jiwa. Contoh: Jika ada organ tubuh luka muncullah rasa sakit.  Pandangan  hubungan  antara  badan  dan  jiwa  seperti  itu  dikenal  sebagai Epiphenomenalisme (J.D. Butler, 1968). Bertentangan  dengan  gagasan  Julien  de  La  Metrie,  menurut Plato salah seorang  penganut  aliran  Idealisme -bahwa  esensi   manusia  bersifat  kejiwaan/spiritual/rohaniah. Memang  Plato  tidak   mengingkari  adanya  aspek  badan,  namun menurut  dia  jiwa  mempunyai  kedudukan  lebih  tinggi  daripada  badan.
b.     Dalam Perspektif Ekonomi.
      Dalam perspektif ekonomi, manusia adalah makhluk ekonomi, yang dalam kehidupannya tidak dapat lepas dari persoalan-persoalan ekonomi. Komunikasi interpersonal untuk memenuhi hajat-hajat ekonomi atau kebutuhan-kebutuhan hidup sangat menghiasi kehidupan mereka.
c.      Dalam Perspektif Sosiologi.
      Manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya. Bahkan, pola hidup bersama yang saling membutuhkan dan saling ketergantungan menjadi hal yang dinafikkan dalam kehidupan sehari-hari manusia.
d.     Dalam Perspektif Antropologi.
      Manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Ia senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis.[2]
e.      Dalam Perspektif Psikologi.
      Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang esensisal dari diri manusia dan kemanusiaannya. Dengan jiwa inilah, manusia dapat berkehendak, berpikir, dan berkemauan.[3]

C.                Hakekat Manusia Menurut Pandangan Islam
      Penciptaan manusia terdiri dari bentuk jasmani yang bersifat kongkrit, juga disertai pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt yang bersifat abstrak. Manusia dicirikan oleh sebuah intelegensi sentral atau total bukan sekedar parsial atau pinggiran. Manusia dicirikan oleh kemampuan mengasihi dan ketulusan, bukan sekedar refles-refleks egoistis. Sedangkan, binatang, tidak mengetahui apa-apa diluar dunia inderawi, meskipun barangkali memiliki kepekaan tentang yang sakral.[4]
      Manusia perlu mengenali hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk menguasai alam dan jagad raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu mengenali ke-Maha Pekasaan Allah dalam mencipta dan mengendalikan kehidupan ciptaanNya. Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan hakekat dirinya, manusia menjadi mampu memberi arti dan makna hidupnya, yang harus diisi dengan patuh dan taat pada perintah-perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangan Allah. Berikut adalah hakekat manusia menurut pandangan Islam:
1.     Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.
      Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan meupakan alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib, kecuali Allah SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena adanya sendiri.[5]
Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 :

فانا خلقناكم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم من مضغة مخلقة وغير مخلقة لنبين لكم
       “Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi bentuk dan yang tidak berbentuk, untuk Kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.”
       Firman tersebut menjelaskan pada manusia tentang asal muasal dirinya, bahwa hanya manusia pertama Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah, sedang istrinya diciptakan dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu semua manusia berikutnya  diciptakan melalui perantaraan seorang ibu dan dari seorang ayah, yang dimulai dari setetes air mani yang dipertemukan dengan sel telur di dalam rahim.
       Hakikat pertama ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya sebagai ciptaan Allah diluar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan alam nyata yang konkrit sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib kecuali Allah yang bersifat ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.
2.     Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).
      Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT , merupakan satu diri individu yang berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri masing - masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam kesatuan. Setiap individu mengalami perkembangan dan berusah untuk mengenali  jati dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda dengan yang lain.  Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf 189:

هو الذي خلقكم من نفس واحدة

                  “Dialah yang menciptakanmu dari satu diri”
       Firman tersebut jelas menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu) dalam merealisasikan dirinya melalui kehidupan, ternyata diantaranya terdapat manusia yang mampu mensyukurinya dan menjadi beriman.
       Di dalam sabda Rasulullah SAW menjelaskan petunjuk tentang cara mewujudkan sosialitas yang diridhoiNya, diantara hadist tersebut mengatakan:
       “Seorang dari kamu tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti mencintai dirinya sendiri” (Diriwayatkan oleh Bukhari)
       “Senyummu kepada kawan adalah sedekah” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Baihaqi)
       Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan itu manusia mampu saling menempatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya menjalin hubungan manusiawi yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT.[6] Selain itu manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani hidup bersama dan berhadapan dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam perspektif agama Islam juga harus menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah bersaudara satu dengan yang lain.[7]
3.     Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.
       Manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan diri (self realization), baik sebagai satu diri (individu) maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak dapat melepaskan diri dari berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterikatan atau keterbatasan itu merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang lebih berat daripada makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab yang paling asasi sudah dipikulkan ke pundak manusia pada saat berada dalam proses penciptaan setiap anak cucu Adam berupa janji atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam fitrah beragama tauhid. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 sebagai berikut:
واذ اخذ ربك من بني ادم من ظهورهم ذريتهم واشدهم على انفسهم الست بربكم قالوا بلى شهدنا
       “Dan ingat lah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi.”
       Kesaksian tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi manusia sebagai individu bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah selain Allah SWT. Bersaksi akan menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak bebas menyembah sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik dan kufur hanya akan mengantarkannya menjadi makhluk yang terkutuk dan dimurkaiNya.[8]













BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
      Hakekat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Tetapi terdapat dua sudut pandang yang dapat digunakan untuk memahami apa hakekat manusia itu, yaitu dari pandangan umum dan pandangan agama Islam.
      Hakekat manusia menurut pandangan umum mempunyai arti bermacam-macam, karena tedapat berbagai ilmu dan perspektif yang memaknai hakekat manusia itu sendiri. Seperti dalam perspektif filsafat menyimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dalam perspektif ekonomi mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi. Perspektif Sosiologi melihat bahwa manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah lepas dari manusia lainnya. Sedangkan, perspektif antropologi berpendapat manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Dan dalam perspektif psikologi, manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa.
      Hakekat manusia menurut pandangan Islam:
a.       Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.
b.      Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).
c.       Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.










Daftar Pustaka


Ahmad Norma (ed.). 1997. Hakikat Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hadari Nawawi. 1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Jacob & Basid Wahid. 1984. Evolusi Manusia dan Konsepsi Islam. Bandung: Risalah.
Hadari Nawawi. 1993. Hakekat Manusia Menurut Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Mukhtar Solihin, & Rosihon Anwar. 2005. Hakikat Manusia “Menggali Potensi Kesadaran Pendidikan Diri, dan Psikologi Islam. Bandung: Pustaka Setia.
http://www.tugasku4u.com/2013/05/makalah-hakikat-manusia-menurut-islam.html (Diakses tanggal 5 Maret 2014)



[2] Jacob & Basid Wahid, Evolusi Manusia dan Konsepsi Islam (Bandung: Risalah, 1984), hal. 25.
[3] Mukhtar Solihin & Rosihon Anwar, Hakikat Manusia “Menggali Potensi Kesadaran Pendidikan Diri, dan Psikologi Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 9-10.
[4] Ahmad Norma (ed.), Hakikat Manusi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hal. 85.
[5] Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993) hal. 40-41.
[6] Ibid., hal. 72-73.
[7] Hadari Nawawi. Hakekat Manusia Menurut Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hal 71.
[8] Ibid., hal. 74-75.