twitter
rss



Di gerbong 8 kereta Krakatau yang membawaku pergi jauh dari kekecewaan pada keadaan. Akhir September 2015, aku duduk sendiri memangku tas ranselku sambil terus memeluknya. Sehari semalam perjalanan Yogyakarta-Lampung sama sekali tidak membuat mataku berat dan mengantuk. Begitupun dengan perjalanan-perjalananku sebelumnya. Sejauh mana pun kaki ku melangkah, aku tidak akan bisa tertidur di perjalanan.

Tapi aku heran dengan perjalanan pulangku pertengahan Februari kemarin. Sepanjang perjalanan pulang kerumah dan kembali lagi ke Lampung, aku selalu tertidur pulas. Aku tidak tahu penjelasannya seperti apa, tapi yang aku tahu adalah diperjalanan aku sudah tidak sendiri lagi.. Sekarang sudah ada seseorang yang selalu ada disampingku, menjagaku saat bangun dan tidurku. Ada dia yang pundaknya selalu tersedia menjadi tempatku membaringkan kepala. Ya, dia, calon suamiku, Hilman Firdaus.

Mengingat kata 'calon suami' terkadang masih tidak bisa ku percaya, aku memilikinya sekarang. Saat aku terbangun dari tidurku setiap pagi, yang pertama aku pikirkan adalah "benarkah sekarang aku sudah memiliki calon suami dan sebentar lagi aku akan jadi pengantin". Dan ketika aku membaca pesannya setiap pagi ketika aku bangun tidur, aku percaya bahwa ini bukan lah mimpi.

Setiap perjalanan panjangku selama ini, yang tidak pernah mampu tertidur, adalah refleksi dari bentuk penantianku akan hadirnya " teman". Dan sekarang, penantianku telah berakhir. Setiap perjalananku sekarang menjadi perjalanan yang begitu singkat. Karena ada kamu di sisiku sayang.

Terima kasih telah mengisi kehidupanku. Terima kasih telah menjadi penjaga dalam lelapku. Terima kasih telah menyayangiku. Dan terima kasih karena telah menjadikanku calon pengantinmu.

Lampung Timur, 28 Maret 2016

Kesibukan dan rutinitas serta jam kerja yang seakan tidak pernah memberi ruang untuk aku bernafas membuat darah ku selalu naik. Apalagi seminggu belakangan ini. Ada saja hal yang membuatku emosi dan meradang. Sampai suatu ketika, orang yang paling aku cintai menjadi sasaran amarahku. Jahat sekali memang kalau aku mengingat hal itu. Tapi aku sudah terlanjur khilaf. Aku tumpahkan semua kekesalan dan kemarahanku dengan mengomel. Kesal sebel mangkel menjadi satu.

Tapi ada satu hal yang membuatku tambah marah saat itu. Ketika aku mengomel padanya, ia malah memandangku dengan dua tangan berpangku dagu sambil senyum-senyum tenang. Entah apa yang membuat ia malah bersikap begitu, padahal hatiku sudah mendidih. Dan dengan santainya ia mengalihkan pembicaraan yang membuatku lupa akan semua emosiku. Kalau aku ingat saat itu, ingin rasanya tertawa jengkel. Begitu mudahnya ia meredam amarahku dengan hal yang tidak pernah aku mengerti.

Sikapnya yang selalu tenang menghadapiku yang begitu berapi-api kadang membuatku begitu merasa beruntung, aku menemukan seseorang yang cocok melengkapi kekuranganku. Sikapmu yang lembut dan sabar melengkapi ku yang keras n tidak sabaran. Dan sikap-sikapmu yang begitu manis, hal-hal kecil yang aku rasa begitu romantis, begitu sempurna kau berikan padaku.

Cokelat yang setiap bulan ku temukan di loker ku, dari mu, selalu sayang untuk ku habiskan. Bahkan bunga kecil, pena, buku, dan semua yang kau berikan untukku, apalagi cincin pertunangan kita, tidak pernah ingin ku sia-siakan begitu saja. Ingin aku simpan, agar menjadi saksi bisu perjalanan awal kita yang begitu manis.

Hal-hal kecil. Yang tidak pernah ku sangka menjadi sesuatu yang begitu romantis darimu membuatku selalu jatuh cinta setiap hari. Everyday I'm falling in love with you. Tetaplah sabar menghadapiku, jangan lelah mendampingiku, jangan letih membimbingku.

Dan tentang mimpiku, mimpimu, mimpi kita, terima kasih karena sudah berniat mewujudkannya. Baru melihat semangatmu sajaa aku sudah bahagia. Teruslah bersemangat mewujudkannya. Sebagai calon istrimu, doa-doa terbaik selalu ku panjatkan untukmu, calon suamiku. 

Terima kasih untuk cintamu, kasih sayangmu, niat baikmu, perhatianmu, pujianmu, kejujuranmu, kesabaranmu. Thank you for everything to me my dear. I always falling in love with you.


Lampung Timur, 16 Maret 2016