twitter
rss

            Aku sadar tak akan ada cerita yang menarik jika kita menyimpannya sendiri tanpa dibagi kepada yang lainnya, meskipun itu hanya pada secarik kertas yang esok, entah kapan hari akan kita buka lagi. Akan kita ingat, akan kita renungkan, apa yang pernah terjadi dan apa yang sedang terjadi kemudian hari. Untuk itu ku torehkan sedikit yang aku rasa belakangan ini.
            Dua bulan ternyata waktu yang cukup lama, waktu yang cukup untuk membuatmu lupa terhadapku. Berbeda saat kita akan pulang kampung dihari yang sama dua bulan lalu, malam itu kita lewati dengan perasaan yang berat. Berat untuk berpisah. Seminggu dua minggu selama dirumah, perasaan rindu makin membuncah. Begitupun juga dengan perasaan masing-masing. Sampai akhirnya aku beranikan diriku untuk mengakui bahwa sebenarnya aku menyukaimu.
            Nekat memang, tapi apalah dayaku. Dada ini rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak yang ada. Perasaanku tambah meledak ketika aku mendengar bahwa apa yang aku rasakan itu juga yang kamu rasakan terhadapku. Aku sangat senang. Aku merasa cintaku terbalas, tidak bertepuk sebelah tangan.
            Tapi kebahagiaan ku itu tidak berlangsung lama, malam itu kamu bilang.. “you are the best n just for the best” ketika aku bilang yang terbaik untukku itu adalah kamu, kamu malah bersembunyi. Seakan kamu tidak siap dengan semua itu. Aku juga sadar, meskipun aku mengakui bahwa aku menyukaimu bukan berarti aku memintamu menjadi pacarmu. Iya aku sadar aku berharap padamu, tapi meskipun tidak sekarang paling tidak suatu saat nanti disaat semuanya sudah siap. Tapi kamu terus saja beralasan. Yah, aku mungkin belum mengerti maksudmu, tapi aku akan mencoba untuk mengerti itu.
            Minggu minggu berikutnya sudah tak pernah lagi ku dengar kabarmu, ceritamu, tawamu, dan semuanya tentangmu. Dirimu bagai hilang ditelan bumi. meskipun aku sudah berusaha menghubungimu tapi tak sedikitpun aku terima kabar darimu. Saat hari-hari terakhir liburan pun, saat dimana harusnya kita bahagia karena kita akan kembali berjumpa, aku sama sekali tak mendengar antusiasmu.
            Hari ini, hari pertama perkuliahan. Hari pertama bertemu teman-teman lagi. Tapi tak sedikitpun terlintas dipikiranku untuk bertemu denganmu. Karena aku yakin, mungkin kamu juga tak ingin bertemu denganku. Tapi entah kenapa, siang tadi kami terlihat didepan mataku.
            Ketika aku menatap sebelah kanan, entah kenapa mataku langsung menemukan matamu. Kamu tahu tidak, jantungku seakan mau copot. Ini lah orang yang aku tunggu, yang selalu aku pikirkan. Tapi aku tidak tahu, dia menunggu bahkan memikirkanku atau tidak. Dikerumunan teman-teman aku bersembunyi. Kamu datang menyapa dan menyalami teman-teman satu per satu.

            Yah, kamu memang menyalami semua yang ada disana, termasuk aku. Tapi kamu sama sekali tidak menyapaku. Kita seperti orang lain yang tidak saling mengenal. Tidak tahan rasanya mendengarmu bercerita seru dengan teman disebelahku tanpa sedikitpun menyapaku. Akhirnya aku pergi tanpa berpamitan. Aku tidak peduli apa kamu memperhatikan ku atau tidak. Yang jelas aku sedih dengan keadaan sekarang ini.

0 komentar: