Aku sadar tak akan ada cerita yang
menarik jika kita menyimpannya sendiri tanpa dibagi kepada yang lainnya,
meskipun itu hanya pada secarik kertas yang esok, entah kapan hari akan kita
buka lagi. Akan kita ingat, akan kita renungkan, apa yang pernah terjadi dan
apa yang sedang terjadi kemudian hari. Untuk itu ku torehkan sedikit yang aku
rasa belakangan ini.
Dua bulan ternyata waktu yang cukup
lama, waktu yang cukup untuk membuatmu lupa terhadapku. Berbeda saat kita akan
pulang kampung dihari yang sama dua bulan lalu, malam itu kita lewati dengan
perasaan yang berat. Berat untuk berpisah. Seminggu dua minggu selama dirumah,
perasaan rindu makin membuncah. Begitupun juga dengan perasaan masing-masing.
Sampai akhirnya aku beranikan diriku untuk mengakui bahwa sebenarnya aku
menyukaimu.
Nekat memang, tapi apalah dayaku.
Dada ini rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak yang ada. Perasaanku tambah
meledak ketika aku mendengar bahwa apa yang aku rasakan itu juga yang kamu
rasakan terhadapku. Aku sangat senang. Aku merasa cintaku terbalas, tidak
bertepuk sebelah tangan.
Tapi kebahagiaan ku itu tidak
berlangsung lama, malam itu kamu bilang.. “you are the best n just for the
best” ketika aku bilang yang terbaik untukku itu adalah kamu, kamu malah
bersembunyi. Seakan kamu tidak siap dengan semua itu. Aku juga sadar, meskipun
aku mengakui bahwa aku menyukaimu bukan berarti aku memintamu menjadi pacarmu.
Iya aku sadar aku berharap padamu, tapi meskipun tidak sekarang paling tidak
suatu saat nanti disaat semuanya sudah siap. Tapi kamu terus saja beralasan.
Yah, aku mungkin belum mengerti maksudmu, tapi aku akan mencoba untuk mengerti
itu.
Minggu minggu berikutnya sudah tak
pernah lagi ku dengar kabarmu, ceritamu, tawamu, dan semuanya tentangmu. Dirimu
bagai hilang ditelan bumi. meskipun aku sudah berusaha menghubungimu tapi tak
sedikitpun aku terima kabar darimu. Saat hari-hari terakhir liburan pun, saat
dimana harusnya kita bahagia karena kita akan kembali berjumpa, aku sama sekali
tak mendengar antusiasmu.
Hari ini, hari pertama perkuliahan.
Hari pertama bertemu teman-teman lagi. Tapi tak sedikitpun terlintas
dipikiranku untuk bertemu denganmu. Karena aku yakin, mungkin kamu juga tak
ingin bertemu denganku. Tapi entah kenapa, siang tadi kami terlihat didepan mataku.
Ketika aku menatap sebelah kanan,
entah kenapa mataku langsung menemukan matamu. Kamu tahu tidak, jantungku
seakan mau copot. Ini lah orang yang aku tunggu, yang selalu aku pikirkan. Tapi
aku tidak tahu, dia menunggu bahkan memikirkanku atau tidak. Dikerumunan
teman-teman aku bersembunyi. Kamu datang menyapa dan menyalami teman-teman satu
per satu.
Yah, kamu memang menyalami semua
yang ada disana, termasuk aku. Tapi kamu sama sekali tidak menyapaku. Kita
seperti orang lain yang tidak saling mengenal. Tidak tahan rasanya mendengarmu
bercerita seru dengan teman disebelahku tanpa sedikitpun menyapaku. Akhirnya
aku pergi tanpa berpamitan. Aku tidak peduli apa kamu memperhatikan ku atau
tidak. Yang jelas aku sedih dengan keadaan sekarang ini.