twitter
rss


Kebiasaan yang Menjadikan Pintu-Pintu Kekayaan
A.      Shodaqah.
        Islam mengajarkan kepada umatnya agar ikhlas dalam mengeluarkan shodaqah. Ikhlas dalam arti beramal hanya mengharapkan ridha-Nya, tidak karena riya’ (pamer), atau agar dipandang sebagai orang yang baik. Selain itu shodaqah tidak boleh diiringi dengan umpatan, tidak boleh berlebihan, juga jangan terlalu sendikit, harus sesuai dengan kemampuan.
      Berikan shodaqah sesuai kemampuan. Orang yang kurang mampu cukup sedikit saja mengeluarkan shodaqahnya. Bahkan apabila benar-benar tidak mampu. Ia tak perlu memaksakan diri. Justru ia berhak menerima shodaqah. Sedangkan orang yang kaya, juga harus mengeluarkan shodaqahnya lebih besar. Tidak sepantasnya orang mukmin bersifat terlalu kikir atau terlalu pemurah. Terlalu kikir menjadikan dirinya tercela. Di dunia, ia akan mendapatkan julukan yang tidak baik dari sesamanya, seperti si bakhil, si kikir, dan lain-lain. Para tetangga enggan bergaul dengannya, dan ketika tertimpa musibah, para tetangga hanya akan memicingkan sebelah mata. Di akhirat, ia akan mendapatan siksaan, cercaan, dan umpatan dari Allah.

B.      Menerapkan Prinsip-Prinsip Istighfar.
Rasulullah SAW, bersabda :
Barang siapa yang memperbanyak bacaan istighfar, maka Allah SWT menjadikan kelapangan dari setiap kesusahan, mencarikan jalan keluar dari kesempitan, dan memberi rezeki dari jalan yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud).
      Hadist ini secara jelas menerangkan bahwa istighfar merupakan salah satu kunci pembuka pintu rezeki. Mengapa bisa demikian? Karena kita sering melakukan dosa, maka secara tidak langsung kita telah membuat “tembok pembatas” antara diri kita dengan Tuhan. Ketika tembok pembatas itu sangat tebal, maka doa kita sulit terkabulkan. Hal ini seperti sebuah lampu balon yang tertutup debu. Bila debu yang menempel itu sangat tebal, maka cahaya balon akan pudar dan tak mampu menjangkau tempat yang jauh. Ini tentu sangat berbeda dengan balon yang sering dibersihkan, sehingga cahaya lampu bisa terang dan mampu memancarkan sinarnya ke segala arah.
      Ketika seseorang melakukan dosa, maka dia telah memberi debu pada hatinya. Semakin banyak dosa yang dilakukan, maka semakin banyak pula kotoran dosa yang menempel pada hatinya. Karena itulah, hatinya tak mampu menyinarkan cahaya untuk mengantarkan doa-doanya sampai kepada Allah SWT. Hal ini sangat berbeda dengan hati yang bersih. Meskipun mungkin ia setiap hari melakukan dosa, tapi dosanya segera terhapus oleh “air” taubat dan istighfar yang dia lakukan. Hatinya menjadi bersih dan cahayanya terang hingga kehariban Allah. Seakan-akan, jarak antara dirinya dengan Allah sangat dekat tanpa ada sesuatu yang menghalanginya. Dalam kondisi seperti ini lah doa mudah terkabulkan, dan Allah menjadikan kelapangan dari setiap kesusahan yang dialaminya, mencarikan jalan keluar dari kesempitan, dan memberi rezeki dari jalan yang tidak ia sangka-sangka.

C.      Silaturahmi dan Kerja Sama
Rasulullah SAW bersabda:
“Hubungan kekeluargaan itu digantungkan pada Arsy. Ia berkata, ‘Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya, dan barang siapa yang memutuskan aku, maka Allah pun akan memutuskannya.” (HR. Bikhari, Musli, dan Ahmad)
      Kita sebagai muslin dianjurkan untuk selalu menjalin silaturahmi yang baik kepada siapa pun. Karena dalam sebuah silaturahmi itu mengandung manfaat yang besar yang bahkan tidak akan pernah kita sangka-sangka sebelumnya. Silaturahmi yang dijalin satu persatu akan menjadi suatu jaringan yang luas.
       Begitupun dengan kerjasama yang baik, akan menghasilkan suatu hasil kerja yang rapi yang bisa menambah kualitas atau bahkan kuantitas daripada perkerjaan tersebut. Sehingga silaturahmi dan kerjasama yang baik tersebut nantinya akan membuat suatu peluang yang besar dalam usaha kita nanti. Itu lah yang dimaksud bahwa silturahmi dan kerja sama itu juga termasuk ke dalam pintu-pintu kekayaan.

0 komentar: